Thursday, May 19, 2016

Revolusi Agrikultur


Coba kalian lihat ke dapur kalian, ke dakam kulkas kalian, ada apa disana? Mungkin ibu kalian telah membeli berbagai macam sayuran, buah-buahan, rempah, daging dll untuk makan kalian. Banyak kan jumlahnya? Coba bayangkan jika setiap rumah memiliki bahan makanan sebanyak itu, ada berapa banyak bahan makanan? Banyak sekali bukan? Sangat menakjubkan bagaimana manusia mampu menghasilkan bahan makanan sebanyak itu.

Semua berawal ketika kita, sebagai manusia, beralih dari pemburu dan pengumpul, menjadi seorang petani dan peternak sekitar 10.000 tahun sebelum masehi.

15.000 tahun yang lalu, dalam memenuhi kebutuhan pangannya manusia mengumpulkan buah, kacang-kacangan, juga biji-bijian liar dan rerumputan dan juga berburu untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Sumber daging yang paling mudah adalah ikan, sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan peradaban besar bermula didekat perairan seperti sungai atau pantai.
Pembudidayaan tanaman sebagai sumber makanan berkembang secara independen di seluruh dunia dalam jangka waktu ribuan tahun. Tiap daerah memiliki tanaman khasnya sendiri yang dibudidayakan, padi di Asia Tenggara, jagung di Mexico, kentang di Andes, gandum di Asia Barat Daya, dan Ubi di Afrika Barat. Dan karena seluruh dunia melakukannya, ini pasti hal yang bagus kan?

Lewat bertani, komunitas masyarakat bisa mengontrol suplai makanan mereka, bahkan jika dilakukan dengan benar surplus bahan makanan pun bisa terjadi. Surplus bahan makanan ini juga yang membuat munculnya kota. Dimana ada makanan, disitu orang-orang berkumpul.

Meskipun bertani merupakan hal yang tidak mudah, namun energi yang dihasilkan makanan pertanian jauh lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan manusia untuk bertani itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan populasi bisa terjadi.
Selain bertani, manusia pun mulai berternak; menjinakkan hewan. Selain sebagai sumber makanan, hewan pun bisa memenuhi kebutuhan sandang manusia, misal wool dan kulit. Tapi tidak semua hewan bisa dijinakkan untuk diternak dan tidak semua hewan cukup menguntungkan untuk jadi hewan ternak.

Dalam memilih hewan untuk dijinakkan, pertama kita harus melihat sumber makanan mereka. Sapi, misalnya, ‘mengubah’ rumput yang rasanya tidak enak menjadi daging sapi yang enak dimakan. Sedangkan harimau mengubah daging menjadi daging, dan karena hukum alam tidak semua daging yang dimakan harimau menjadi daging harimau juga, jadi mengapa tidak kita makan saja sejak awal daging yang akan digunakan untuk pakan harimau?

Kedua, bersahabat. Oke sudah jelas kalau mencoba menjinakkan karnivora untuk diternakkan adalah ide yang buruk. Bisa-bisa malah kita yang dimakan mereka. Tapi tidak semua herbivora bersahabat juga, kuda nil misalnya, hewan yang terlihat ramah ini justru salah satu hewan yang sering memakan korban manusia di Afrika karena keliarannya, atau jerapah? Bahkan singapun enggan memburu mereka karena jangkauan serangan mereka. Selain itu, hewan yang tidak ganaspun belum tentu bisa dijinakkan karena mereka malu-malu dan gesit. Gazelle, sejenis rusa, misalnya kalaupun kita bisa menangkap hewan gesit ini, nantinya dia akan mampu kabur dengan mudah dari kandang yang kita buat sebelum kita mampu menjinakkannya.

Ketiga, mudah berkembang biak. Untuk mendapatkan sumber makanan yang melimpah, hewan ternak haruslah mudah berkembang biak dan memiliki masa kehamilan yang sebentar. Panda misalnya adalah hewan yang sangat sulit berkembang biak karena mereka sangat jarang *ehem* kawin. Ataupun gajah yang memiliki masa kehamilan yang lama, 22 bulan yang membuat mereka kurang menguntungkan.

Keempat, pertumbuhan yang cepat. Hewan yang di ternakkan haruslah memiliki masa waktu untuk mecapai kedewasaan yang cepat agar kita tidak menggunakan terlalu banyak sumber daya untuk membuat mereka tumbuh. Kembali ke kasus gajah, untuk mencapai tahap dewasa gajah betina butuh 9 tahun sedang gajah jantan butuh 15 tahun. Kita bisa saja menjinakkan gajah untuk membantu mengerjakan pekerjaan berat, namu untuk menjadikan mereka hewan ternak sangatlah tidak menguntungkan.

Dan terakhir, keluarga. Kuda memiliki sistem yang struktural, satu pejantan utama memimpin beberapa betina dan anak-anaknya. Tangkap dan jinakkan penjantan utama makan kitalah yang menjadi pejantan utamanya. Sedangkan zebra, mereka tidak memiliki sistem yang sama, zebra bergerak sebagai kelompok hanya karena itu strategi bertahan hidup yang cukup bagus. Tangkap satu zebra dan zebra yang lain takkan peduli. Lagipula zebra benar-benar liar.


Dan begitulah, lewat bertani dan berternak, manusia mampu memenuhi kebutuhan pangannya dengan baik. sumber makannan yang melimpah membuat pertumbuhan penduduk yang meningkat dan munculnya kota-kota di seluruh dunia. Revolusi agrikultur ini menjadi salah satu revolusi paling penting dalam sejarah peradaban manusia.

Popular Posts